Senin, 12 Mei 2025

Subuh Bercucuran Air Mata Kenang Jelang Menjadi Tamu Allah, Duyuufurrahmaan

_______

Mengenang perjalanan ibadah haji dan menyampaikannya ke publik mungkin dapat menjadi kategori riya' (pamer), atau ini   bentuk rasa syukur dan syiar. Innasshafa wal marwata min sya'aairillaah. Teringat Bapak, Allaahu yarhamhu,, tahun 2001 pensiun, tahun berikutnya menunaikan haji. Bila penulis berkunjung dan waktu mengobrol menyinggung atau menanyakan ibadah beliau tersebut, penulis melihat betapa senangnya beliau bercerita. Ma sya Allah.

Entah karena kesenangan ditanya tentang ibadah hajinya, barangkali penulis lantas didoakan dapat kesana. Alhamdulillah 20 tahun setelah Bapak tiada, yaitu tahun lalu tahun 2024,  penulis dan istri berkesempatan menjadi tamu Allah, duyuufurrahmaan. Selain doa tadi, dari ibadah haji Bapak 2 tahun sebelum beliau tiada itu, penulis merasa bahwa karunia putra pertama pada tahun 2003, agak lama setelah menikah tahun 1996, adalah juga atas doanya dari Tanah Suci. Wallaahu a'lam. 

Ibadah haji adalah istimewa karena dari sisi jumlah yang telah berkesempatan kesana terbilang belum banyak. Katakanlah, setiap tahun  sekitar 100 ribu sampai 200 ribu WNI mendapatkan panggilan,  maka secara keseluruhan saudara sebangsa belum sampai angka 10% yang telah menunaikan rukun Islam keenam. Sementara yang pergi ke Baytullah untuk umrah tampaknya jauh lebih besar angkanya, karena sepanjang tahun, boleh dikata setiap hari, ada yang berangkat.  Walaupun demikian, dibandingkan yang belum berkesempatan, angkanya tetap kecil. Bila dihitung rata-rata, di tiap tempat,  yang pernah ke Tanah Suci masih dapat dihitung dengan jari. 

Dari faktor spiritual, diterangkan bahwa pahala berhaji sangat besar, dijanjikan surga. Sikap riya' beribadah jangan sampai menggerogoti atau menghapus hal itu. Perlu pula selalu diingat bahwa  pahala yang setara haji dan umrah ternyata dapat diperoleh dengan berbagai ibadah lainnya, misalnya berdzikir sesudah berjamaah Subuh. "Siapa yang mengerjakan shalat Subuh berjamaah, kemudian dia tetap duduk sambil dzikir sampai terbit matahari dan setelah itu mengerjakan shalat dua rakaat, maka akan diberikan pahala haji dan umrah." (HR. At-Tirmidzi)

Dari riwayat Abu Umamah bahwa Rasul berkata, 'Siapa yang berangkat ke masjid hanya untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, diberikan pahala ibadah haji yang sempurna hajinya.' (HR. At.Thabrani). 

"Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardhu, akan diberikan pahala ibadah haji. Sementara siapa yang keluar rumah untuk mengerjakan shalat Dhuha dan tidak ada tujuan lain selain itu, maka akan diberikan pahala umrah." (HR. Abu Daud)

Namun ziyarah ke Baytullah adalah wajib bila kondisi mampu agar menjadi penguat status kita sebagai muslim, bukan seperti orang Yahudi atau  Nasrani. Rasulullah shalallaahu 'alayhi wassalam bersabda: Barangsiapa tidak menghalanginya hajat yang nyata atau sakit yang bisa mencegah, atau karena pemimpin yang dzalim, lalu ia tidak pergi berhaji, maka silahkan ia mati dalam keadaan Yahudi atau jika Nasrani. (HR. Baihaqi) 

Subuh setahun lalu, sejak dari rumah penulis berniat nanti akan berdiri setelah shalat, untuk menyampaikan permohonan maaf,  pamit dan mohon doa restu kepada jamaah. Setelah selesai salam, imam shalat yang adalah Pak Ketua Takmir yang segera berdiri. Yang dirasakan dan maksud di hati dan pikiran amat terwakili tersampaikan oleh beliau. Pasti itu melebihi yang dapat penulis akan sampaikan. Untuk berucap saja, saat itu,  belum tentu mampu. Mengikuti yang dihaturkan beliau, penulis tak mampu membendung derasnya air mata yang bercucuran. Benar-benar entah sebanyak apa yang tertumpah telah membasahi kemeja dan sarung. 

Ahad pagi itu 12 Mei 2024 penulis dan ibunya anak-anak akan meninggalkan rumah, lingkungan tempat tinggal bahkan tanah air untuk menempuh perjalanan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah Al Mukarramah dan Madinah Al Munawwarah. Hal terbesar yang kami rasakan dan pikirkan selama ini yakni meninggalkan dua putri kami. Memang mereka telah remaja, tetapi penulis tak biasa bepergian yang jauh serta lama berhari-hari. Alhamdulillah urusan keperluan mereka atas ijin dan pertolongan Allah kami rasakan menemukan titik terang kemudahan terhadap yang mungkin dilalui.

Sikap pasrah, tawakkaltu 'alallah membuat pikiran agar rasional berikhtiyar dan membiarkan semua mengalir menurut keadaan dan jadwal yang harus dilalui.  Kami berusaha beribadah sebaik-baiknya, semampu kami, hingga alhamdulillah akhirnya itu semua telah kami lalui. Setahun telah berlalu saat tulisan ini dibuat.

Sebagian pengalaman lainnya telah penulis tuangkan dalam tulisan-tulisan yang lalu di blog ini. Semoga segala yang kami alami dan rasakan menjadi pahala di sisi Allah. Allaahummaj’alnaa hajjan mabruuran wasa’yan masykuuran waddzanban maghfuuran watijaaran lantabuura. Aamiin.

_______

Lamongan, Senin 14 Dzul Qaidah 1446 H /  12 Mei 2025



Tidak ada komentar:

Mengapa Netizen Menanyakan Ijazah Asli Mulyono?

_______ Jagad perbincangan di Tanah Air  khususnya di media sosial,  diramaikan kasus dugaan ijazah palsu Mulyono. Si Mul selama ini tak per...