Senin, 12 Mei 2025

Subuh Bercucuran Air Mata Kenang Jelang Menjadi Tamu Allah, Duyuufurrahmaan

_______

Mengenang perjalanan ibadah haji dan menyampaikannya ke publik mungkin dapat menjadi kategori riya' (pamer), atau ini   bentuk rasa syukur dan syiar. Innasshafa wal marwata min sya'aairillaah. Teringat Bapak, Allaahu yarhamhu,, tahun 2001 pensiun, tahun berikutnya menunaikan haji. Bila penulis berkunjung dan waktu mengobrol menyinggung atau menanyakan ibadah beliau tersebut, penulis melihat betapa senangnya beliau bercerita. Ma sya Allah.

Entah karena kesenangan ditanya tentang ibadah hajinya, barangkali penulis lantas didoakan dapat kesana. Alhamdulillah 20 tahun setelah Bapak tiada, yaitu tahun lalu tahun 2024,  penulis dan istri berkesempatan menjadi tamu Allah, duyuufurrahmaan. Seoain doabyadi, dari ibadah haji Bapak 2 tahun sebelum beliau tiada itu, penulis merasa bahwa karunia putra pertama pada tahun 2003, agak lama setelah menikah tahun 1996, adalah atas doanya dari Tanah Suci. Wallaahu a'lam. 

Ibadah haji adalah istimewa karena dari sisi jumlah yang telah berkesempatan kesana terbilang belum banyak. Katakanlah, setiap tahun  sekitar 100 ribu sampai 200 ribu WNI mendapatkan panggilan,  maka secara keseluruhan saudara sebangsa belum sampai angka 10% yang telah menunaikan rukun Islam keenam. Sementara yang pergi ke Baytullah untuk umrah tampaknya jauh lebih besar angkanya, karena sepanjang tahun, boleh dikata setiap hari, ada yang berangkat.  Walaupun demikian, dibandingkan yang belum berkesempatan, angkanya tetap kecil. Bila dihitung rata-rata, di tiap tempat,  yang pernah ke Tanah Suci masih dapat dihitung dengan jari. 

Dari faktor spiritual, diterangkan bahwa pahala berhaji sangat besar, dijanjikan surga. Sikap riya' beribadah jangan sampai menggerogoti atau menghapus hal itu. Perlu pula selalu diingat bahwa  pahala yang setara haji dan umrah ternyata dapat diperoleh dengan berbagai ibadah lainnya, misalnya berdzikir sesudah berjamaah Subuh. "Siapa yang mengerjakan shalat Subuh berjamaah, kemudian dia tetap duduk smbil dzikir sampai terbit matahari dan setelah itu mengerjakan shalat dua rakaat, maka akan diberikan pahala haji dan umrah." (HR. At-Tirmidzi)

Dari riwayat Abu Umamah bahwa Rasul berkata, 'Siapa yang berangkat ke masjid hanya untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, diberikan pahala ibadah haji yang sempurna hajinya.' (HR. At.Thabrani). 

"Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardhu, akan diberikan pahala ibadah haji. Sementara siapa yang keluar rumah untuk mengerjakan shalat Dhuha dan tidak ada tujuan lain selain itu, maka akan diberikan pahala umrah." (HR. Abu Daud)

Namun ziyarah ke Baytullah adalah wajib bila kondisi mampu agar menjadi penguat status kita sebagai muslim, bukan seperti orang Yahudi atau  Nasrani. Rasulullah shalallaahu 'alayhi wassalam bersabda: Barangsiapa tidak menghalanginya hajat yang nyata atau sakit yang bisa mencegah, atau karena pemimpin yang dzalim, lalu ia tidak pergi berhaji, maka silahkan ia mati dalam keadaan Yahudi atau jika Nasrani. (HR. Baihaqi) 

Subuh setahun lalu, sejak dari rumah penulis berniat nanti akan berdiri setelah shalat, untuk menyampaikan permohonan maaf,  pamit dan mohon doa restu kepada jamaah. Setelah selesai salam, imam shalat yang adalah Pak Ketua Takmir yang segera berdiri. Yang dirasakan dan maksud di hati dan pikiran amat terwakili tersampaikan oleh beliau. Pasti itu melebihi yang dapat penulis akan sampaikan. Untuk berucap saj, saat itu,  belum tentu mampu. Mengikuti yang dihaturkan beliau, penulis tak mampu membendung derasnya air mata yang bercucuran. Benar-benar entah sebanyak apa yang tertumpah telah membasahi kemeja dan sarung. 

Ahad pagi itu 12 Mei 2024 penulis dan ibunya anak-anak akan meninggalkan rumah, lingkungan tempat tinggal bahkan tanah air untuk menempuh perjalanan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah Al Mukarramah dan Madinah Al Munawwarah. Hal terbesar yang kami rasakan dan pikirkan selama ini yakni meninggalkan dua putri kami. Memang mereka telah remaja, tetapi penulis tak biasa bepergian yang jauh serta lama berhari-hari. Alhamdulillah urusan keperluan mereka atas ijin dan pertolongan Allah kami rasakan menemukan titik terang kemudahan terhadap yang mungkin dilalui.

Sikap pasrah, tawakkaltu 'alallah membuat pikiran agar rasional berikhtiyar dan membiarkan semua mengalir menurut keadaan dan jadwal yang harus dilalui.  Kami berusaha beribadah sebaik-baiknya, semampu kami, hingga alhamdulillah akhirnya itu semua telah kami lalui. Setahun telah berlalu saat tulisan ini dibuat.

Sebagian pengalaman lainnya telah penulis tuangkan dalam tulisan-tulisan yang lalu di blog ini. Semoga segala yang kami alami dan rasakan menjadi pahala di sisi Allah. Allaahummaj’alnaa hajjan mabruuran wasa’yan masykuuran waddzanban maghfuuran watijaaran lantabuura. Aamiin.

_______

Lamongan, Senin 14 Dzul Qaidah 1446 H /  12 Mei 2025


Senin, 07 April 2025

Karya-karya yang Digarap dengan Baik



Kadang terlintas pertanyaan di benak hati kenapa ada karya-karya orang baik yang terus dapat dinikmati hingga kini. Padahal sudah berusia lama, bertahun-tahun, puluhan tahun. Bahkan kita yakin itu akan terus dinikmati. Sebagai orang beriman kita meyakini bahwa kemampuan yang ada pada seseorang adalah karunia Allah. Itu sejak ia diberikan kesempatan dan motivasi belajar, berlatih untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya, hingga dalam proses berkarya serta presentasi atau me-release karya . Allah Maha Mensyukuri kebakan yang dilakukan hamba-Nya. Allah memberikan balasan yang terbaik untuk hamba yang berkarya kebaikan.

Sementara tak sedikit bakat dan kemampuan yang hebat tetapi justru untuk menghasilkan keburukan, bukan manfaat tapi mudharat.  Karya yang yang tak berguna apalagi menyesatkan, sungguh itu tidak diridhai Allah subhaanahu wata'ala. Mungkin saja karya semacam itu sempat viral, booming, menjadi trend, tetapi sesuatu yang buruk akan menemui titik jenuh, pudar dan tenggelam. Sayangnya, itu tetap menyisakan kerusakan dan membikin korban, entah apa bentuknya, cepat atau lambat. Itu tergantung oleh cara mengerjakannya. Sebagai contoh, bila seseorang berniat memiliki hal yang bukan haknya, ia dapat menggunakan cara kasar, merampas, atau dengan menipu memakai bahasa yang santun dan halus, atau menggunakan teknologi. Hasilnya dapat berlipat dari yang sekedar main rampasm

Keburukan yang dikerjakan dengan rapi, penuh perhitungan, sungguh-sungguh, profesional, dapat mengagumkan bahkan membius orang yang menyaksikan. Tujuan jahat pun dapat dicapai. Sedangkan kebaikan yang dikerjakan dengan asal-asalan, tidak dengan sungguh-sungguh, ngawur, asal jadi, tentu tidak menarik. Itu justru dapat menjadi bahan lelucon, tertawaan, serta kontra produktif. Tujuan beribadah, beramal, dakwah, syiar, ta;awun atau menolong, akan berakhir sia-sia.

 Amal ikhlas lillaahi ta'ala tentulah mesti yang baik, dikerjakan lebih baik dari yang berniat demi keburukan. Kebaikan tak cukup sekedar niat, syiar, koar-koar, simbol dan slogan, tetapi harus diikhtiarkan dengan memberdayakan pengetahuan dan yang cara terbaik, cara dan strategi yang cerdas dan tuntas.. Walau demikian jangan karena takut salah lantas tak ada kegiatan atau karya  yang dianggap selesai dan tuntas. Akhirnya, penulis bercerita bahwa di komunitas IRo-Society, yang foundernya yakni  Prof. Imam Robandi (ITS Surabaya), bersama sebagian IRotizens telah menerbitkan 3 buku antologi. Di sana, penulis menemukan satu pilihan sikap dalam berkarya: kecepatan mengalahkan kesempurnaan.

_______

Lamongan, Senin 7 Syawal 1446 H / 7 April 2025


Kamis, 03 April 2025

MUSAFIR DALAM KEHIDUPAN


 

Pada momen Ramadhan dan Iedul Fitri, tidak sekali dua kali saat-saat tertentu menerawang, mengenang, teringat masa-masa yang telah berlalu. Muncul kesan sedih, senang, kangen, haru, ironis, sesal, lucu, harapan sampai keindahan dari segala yang telah terjadi. Masing-masing orang tentu memiliki kisah perjalanan hidup sendiri-sendiri, berbeda satu orang dengan lainnya. Yang safe adalah bila semua wasilah, jalan-jalan hidup, itu mengarah pada satu tujuan yang sama radliyallahu 'anhum waradluu'anhu. Allah ridha, rela, kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. 

Menempuh perjalanan kehidupan harus jelas dan yakin betul terhadap tujuannya. Alamat yang dituju bukan alamat palsu. Di situ dijamin tempat peristirahatan yang aman, nyaman dan merupakan balasan yang adil dari usaha baik yang dilakukan. Bahkan sejatinya yang tersedia lebih dari sekedar yang diharapkan. Di situ yang akan ditemui adalah kenikmatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, tak pernah dilihat mata, tidak pula pernah didengar telinga, bahkan tak terbersit di hati. Jiwa-jiwa yang yakin, percaya, beriman adalah yang menyongsong harapan itu dengan keyakinan atau keimanan serta semangat yang tak terpadamkan dan bahkan siap berkorban. Banyak yang dihadapi selama perjalanan hidup. Ada tantangan yang terduga atau pun tak terduga. Ada tikungan, belokan yang membalikkan ke titik awal lagi. Atau ada pula alternatif jalan pintas yang justru mungkin malah menyesatkan.

Akhirnya, memang tak sama pola hidup, jalan hidup dan utamanya tujuan hidup dari para musafir di dunia ini. Ada yang dari kegelapan menuju terang-benderang. Sebalilknya, ada yang dari terang benderang justru menuju kegelapan dan masuk jurang kehinaan. Na'udzuoillaahi min dzaalik. Padahal, apa pun lika-liku dan dinamika perjalanan, yang terbaik adalah tetap sampai pada tujuan. Allah Maha Pengampun dan Maha Mensyukuri niat dan amal baik hamba-Nya. 
_______ 
Lamongan, 3 Syawal 1446 H / 3 Maret 2024.
.

Selasa, 18 Maret 2025

Pilihan-pilihan Amal Terbaik

 Kepala Sekolah menanya kepada para siswa-siswi sudah berapa jauh bertadarus atau membaca Al Qur'an. Pada pembukaan Pondok Ramadhan 1446 H itu kebetulan di hari ke-17 bulan puasa. Jadi pas dengan momen peringatan Nuzulul Qur'an, kira-kira demikian. Pak KS sendiri mengaku sudah mengaji sampai  juz 22, ma sya Allah tabarakallah, sudah cukup jauh. Itu sudah melebihi one day one juz, satu hari satu juz. Penulis sendiri baru berhasil rata-rata sehari setengah juz, alhamdulillah juga meski kurang he he. Semoga dapat lebih cepat lagi, walaupun membaca Al Qur'an itu bukan balapan. Ini bagian dari fastabiqul khayrat, berlomba dalam kebaikan, khususnya di bulan mulia, Bulan Ramadhan.

Istimewa sekali, ketika Pak KS melontar pertanyaan adakah yang sudah sampai di atas juz 20? Satu siswi mengacungkan tangan. Saat di depan dan ditanya lagi, ia bahkan mengaku telah khatam dua kali dan kini sudah sampai juz 15 lagi. Ma sya Allah tabarakallah. Pak KS sangat terharu dan berucap betapa orang tua siswi yang bernama Nasya Putri Juli Yustina kelas 9E ini pasti senang mempunyai anak shalihah, yang ditunjukkan dengan kesungguhan mengaji tersebut. 

Yang menyaksikan ini umumnya tak membayangkan betapa anak itu begitu rajin, konsisten atau istiqamah dalam mengaji, tadarus. Boleh kita berpikir bahwa ia masih anak-anak yang ounya waktu longgar, sedang libur sekolah atau sedang masa belajar di rumah, ia tak memiliki tanggungan tugas atau pekerjaan. Namun, ia telah membuktikan telah melebihi, jauh melebihi, anak-anak lainnya dalam mengaji,  yang notabene juga punya kelonggaran yang sama. Ini adalah kebaikan yang patut dicatat dan diapresiasi, dikabarkan untuk menjadi refleksi,  inspirasi dan motivasi. Seberapakah kedekatan kita dengan kitab suci, pedoman dan penuntun hidup, yang kita imani, Al Qur.an, ini? Kecintaan dan pemahaman terhadap satu-satunya mukjizat yang masih ada ini adalah penentu kedekatan kita.                                               

Sementara itu, tetangga penulis, Pak Haji dan Bu Hajjah biasa berlama-lama di masjid sesudah menunaikan shalat Subuh. Setelah berdzikir beberapa saat kemudian mereka mengambil Al Qur'an, mengaji hingga waktu syuruq, sekitar pukul 6 pagi atau kurang. Sehabis melakukan shalat sunnah Syuruq 2 rakaat baru turun dari masjid, pulang. Merujuk sebuah hadits bahwa kebaikan amaliah berdzikir di masjid setelah Subuh hingga waktu Syuruq pahalanya seperti menunaikan haji, umrah yang sempurna. sempurna, sempurna. Kita yang tidak atau belum menjalankannya boleh 'meng-iri" untuk dapat pula bersama mereka atau seperti mereka, in sya Allah. 

Sebagaimana sabda Rasulullah shalallaahu 'alayhi wassalam seperti dikatakan Anas r a.: 'Barang siapa shalat Subuh berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah subhaanahu wara'ala sampai terbit matahari, kemudian ia shalat dua rakaat, maka amalan itu sama dengan pahala menunaikan ibadah haji dan umrah secara sempurna, sempurna dan sempurna.' (HR Attirmidzi dan ia mengatakan hadits ini hasan)

Ada pula ibu rumah tangga yang di rumah sehari-hari hanya dapat ‘belajar’ mengaji sebentar-sebentar, sedikit-sedikit, yang berjuang sebagai pemula berusaha selalu konsisten menjalankannya, in sya Allah. Di rumah, ia lebih banyak mengurus kebutuhan anggota keluarga sehingga berlama-lama di dapur, bersih-bersih, diselingi keluar berbelanja melengkapi kebutuhan dapur, serta mengerjakan tugas dinas dan urusan pekerjaan lainnya. Penulis pun mengapresiasi dan bersyukur dan menilai itu adalah salah satu bentuk jihad seorang wanita.  Dengan itu semoga ia senantiasa dikaruniakan hidayah dan ada rahmat Allah yang kelak mengantarkan ke surga-Nya. Aamiin.

Kebaikan atau amal shalih boleh dikata fleksibel dan luas. Ajaran agama memberikan keleluasaan dalam melakukan kebajikan sesuai dengan kemampuan. LaayukallifuLlahi nafsan illaa wus'aaha. Tentu saja ada hal-hal yang standar, pakem, yang semua harus menjalankan, tak dapat ditinggalkan atau digantikan dengan amal lain. Sebutlah, ibadah shalat lima waktu merupakan kewajiban untuk seluruh orang beriman.  Shalat pembeda keimanan dan kekafiran. Dalam melaksanakannya tersedia rukhshah atau keringanan untuk yang mengalami keterbatasan. Misalnya untuk yang sedang sakit boleh menunaikan dengan duduk atau berbaring karena tak kuat berdiri. Untuk musafir, yang tengah bepergian, shalat di dua waktu dapat di-jama’, digabung, atau  dikurangi jumlah rakaatnya , di-qashar.

Tergambar dari contoh-contoh di atas, kebaikan atau amal shalih di luar ibadah mahdhah, begitu luas, banyak pilihan, sesuai kondisi, kemampuan serta situasi. Pada dasarnya semua perbuatan yang tidak melanggar syariat, yang diniatkan lillaahi ta'ala, demi Allah Yang Maha Tinggi, maka itu merupakan amal shalih. Rasuulullah Muhammad shalaLlaahu 'alayhi wasallam memberikan banyak contoh dan pilihan bagi ummat beliau untuk beribadah sunnah dan beramal shalih secara umum. Ajaran agama adalah tidak untuk memberatkan.  Basyiiran wanadhiiran, agama itu menggembirakan dan memberikan peringatan. Para hamba Allah pun tak boleh merasa hina dan bersedih. Kita menuju kemenangan, keberuntungan. Hayya 'alal falaah.

Akhirnya, beberapa contoh di atas adalah bentuk keshalihan personal. Sementara tak kalah nilainya adalah amal-amal yang sifatnya keshalihan sosial. Penulis, misalnya,, ingin mencatat di sini keberadaan webinar MAPARA, Matahari Pagi  Ramadhan, kajian setiap pagi selama bulan puasa yang tahun ini sudah memasuki tahun keempat. Kegiatan dari IRo-Society ini adalah majelis keilmuan virtual yang, misalnya, tahun ini menghadirkan 30 guru besar yang menyampaikan berbagai materi 'keilmuan dan keagamaan'. Ayat -ayat qauliyah berpadu dengan ayat-ayat kauniyah, betapa menggugah dan mencerahkan. Di luar itu, banyak keshalihan sosial yang juga berdampak luas tentu juga yang dilakukan ormas-ormas keagamaan dan berbagai komunitas. Penulis teringat taushiah bahwa  para ahli surga kelak akan memasukinya secara berombong-rombongan.   Ma sya Allah, tabarakallah.

_______

Lamongan, Selasa 18 Ramadhan 1446 H. / 18 Maret 2025                         . 

Rabu, 05 Maret 2025

"Ayat-ayat Favorit" dan Ayat Cahaya di Atas Cahaya yang Sering Dibaca Cak Nun


Semua ayat Al Qur'an pasti bermakna penting untuk kita orang beriman. Meski demikian, tidak semua ayat dapat dengan mudah lancar kita baca, gampang diingat atau dipahami. Ada yang mudah dicerna, ada yang memerlukan penjelasan mendalam, mengikuti tafsir ulama. Di antara itu semua, rasanya, ada yang kita mudah teringat, tersentuh, atau boleh dikatakan tertarik dengan ayat tertentu. Seharusnya semua harus menyentuh dan menarik, namun karena keterbatasan dan kebodohan kita, maka muncullah kesan ada ayat yang 'favorit' yang masing-masing orang dapat berbeda. 

Saat remaja, penulis tertarik pembacaan ayat 'fa alhamaha fujuuraha wataqwaaha'  bahwa manusia itu diberikan potensi untuk dapat berlaku baik maupun untuk berperilaku buruk. Disampaikan pula bahwa beruntunglah orang yang membersihkan dirinya 'qad aflaha manzakkaaha' serta merugilah orang yang mengotori dirinya'waqad khaaba man dassaaha'.  Konsep potensi, kebebasan memilih dan tuntunan Tuhan itu memahamkan kami. Pengajian untuk kami anak-anak remaja di serambi masjid pada sore ba'da Ashar, atau yang sehabis tarawih, pada bulan Ramadhan  terkenang selalu.

Pada waktu kuliah, penulis berteman dekat dengan seorang kakak tingkat. Kebetulan ia berasal satu daerah dengan penulis. Lebih senang lagi karena ia lulusan pondok terkenal, yakni Ponpes Modern Gontor Ponorogo. Ia seakan menjadi saudara di perantauan. Penulis menjadi juniornya juga di organisasi mahasiswa, baik di intra maupun ekstra universitas. Pernah pula kami bekerja 'sambilan di sela kuliah' bersama. Kami dekat sekali sehingga perkataannya ada yang mengesankan saya bahwa Allah mungkin saja memberi rejeki dari arah tak disangka-sangka, 'wayarzuqhu min haytsu laayahtasib.' Makna ayat itu yang penulis otak-atik untuk membuat nama anak pertama, yang 'baru' lahir pada tahun ke tujuh setelah pernikahan. 

Di antaranya bersama Mas Senior itu pula, ada kelompok studi mahasiswa, yang penulis ikuti. Kami pernah mengundang tokoh budayawan nasional,  penyair, penulis, aktivis sosial, yang ternama (bahkan hingga kini, red ) yaitu Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun.  Penulis yang saat itu baru semester 2, sekedar ikut-ikutan dalam kepanitiaan. Pada hari H pelaksanaan, di antaranya penulis ditugaskan menjemput Bapak Pembantu Rektor 3 di Kantor Pusat Lantai 3. Ruang beliau tidak jauh sekali dari Auditorium,  penulis menjemput dan mengawal hingga masuk ruang, yang lalu didampingi panitia lainnya. Entahlah, agak grogi ketika itu tetapi tetap berusaha pedhe sebagai kader aktivis he he he.

Mas Senior menjadi pembawa acara. Keren sekali ia yang memang tinggi, atletis, karena hobby main basket,  tampan, fasih Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, serta terlatih "kithaabah'  pidato saat di Pondok Gontor. Ia klop mengantarkan acara yang menampilkan suami artis Novia Kolopaking tersebut yang kebetulan juga pernah mengenyam 'nyantri' di Gontor. Kala itu Cak Nun sudah sering jadi headline pemberitaan media. Tokoh kelahiran Jombang yang kebetulan adik dari Pembantu Dekan 2 di fakultas kami itu membawakan tema Islam di Antara Budaya Barat dan Timur, lebih kurang demikian yang penulis ingat.

Gaya orasi dan isi ceramah ayah Noe Letto itu menyegarkan pikiran, mencerahkan hati, menarik, sebagaimana ceramah beliau hingga kini. Penulis amat terkesan penampilan penyair yang fenomenal mementaskan teaterikalisasi karyanya Puisi Lautan Jilbab tersebut. Saat itu, Cak Nun sempat membacakan ayat yang 'favorit' sering dibacanya, bahkan dapat kita ketahui hingga bertahun-tahun berikutnya.

 Ayat  35 QS. An Nuur, ayat cahaya di atas cahaya, dibacanya dengan memikat,  serasa semua hadirin terhipnotis. Penampilannya adalah sebagai seorang dramawan yang menghayati betul apa yang diucapkannya. Ia tidak sekedar berakting tetapi ia benar-benar mengekspresikan dirinya sebagai hamba Allah. Audiens pun  terhanyut menyimak ayat itu. Barangkali berlebihan, penulis juga menyaksikannya seakan ada tata cahaya yang menyorotnya, padahal tidak. Ma sya Allah.Wallaahu a.lam.


"Allah (pemberi) cahaya (pada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang (pada dinding) yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang (yang berkilauan seperti) mutiara, yang dinyalakan dengan  minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disebtuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah memberi petunjuk menuju cahaya-Nya kepada orang yang dikehendaki. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (TQS. An Nuur:35)

_______ 

Lamongan, 5 Ramadhan 1446 H. / 5 Maret 2025

Sabtu, 15 Februari 2025

T e r - s i h i r Kebaikan Palsu


_______


Aku tak mengira dia seperti itu. Bicaranya halus, sopan, ramah, pandai membawakan acara, menjadi MC, menyanyi, gaul,  di kegiatan formal atau pun santai. Ia menjadi rujukan, tempat bertanya, untuk banyak urusan lembaga. Kebijakan atau solusinya selalu ditunggu dan dianggap adil. Ia selalu siap hadir dan membantu. Semua mempercayainya hingga ia diberi banyak peran. Akhirnya tercatat ia menjadi memegang 2 pos keuangan sekaligus. Periode yang dijalaninya pun bahkan melebihi aturan umum 2 periode. Ternyata sikap empati, dermawannya sangat terdukung dengan kemudahan ia mengakses keuangan. Ia pun dikenal royal, mudah memberi, menyenangkan hati orang. Ia kini masih menduduki sebuah posisi tinggi. Orang di sekitarnya selama ini bagai ter-sihir sikap kebaikannya.

Ada yang tak terperhatikan orang lain. Keberadaannya di tengah-tengah berbagai momen orang banyak tentu menuntut penampilan yang pantas. Bahkan setelah diamati, ia tak suka bila yang dipakainya adalah yang murahan. Sebagaimaba bila memberi pun tak mau yang sekedarnya. Saat ia punya hajat, ua menjamu tamu jauh melebihi yang orang lain lakukan. Kendaraannya diam-diam juga berganti yang lebih nyaman. Membangun rumah pun dibuat yang  cukup bagus,  tak mau bertahap, langsung jadi, dilengkapi perabot dan fasilitas taman yang tidak murah. Ia berperan sebagai orang baik dan hebat, sering dikerubuti para yang butuh. Penampilannya pun oke, apikan, pribadinya baik. 

Betapa kagetnya ketika terungkap ia gagal dalam mengelola keuangan lembaga. Pencatatan pembukuan asal-asalan, ngawur, padahal ia tidak bodoh matematika. Ternyata penyebabnya adalah ia telah menggunakan dana untuk bukan untuk kepentingan yang seharusnya. Ia gunakan untuk gengsi diri yang tinggi dan keluarganya. Rumah yang dibangun, mobil yang dibeli mengganti yang lama, hajatan yang mewah, dermawan dan menyenangkan teman-teman, bahkan mendaftar ibadah ke Tanah Suci, ternyata semua tidak sesuai kemampuannya. Ia terbukti tidak jujur, tidak amanah dalam mengemban tugas mengelola keuangan. Ia terbukti bersalah dan harus mengembalikan dana ratusan juta rupiah. Terkuak juga  ia ternyata juga menanggung hutang ratusan juta rupiah beberapa koperasi simpan pinjam, serta mungkin juga di bank. Ia pun kini jadi pembicaraan karena tabrak teman sana sini disertai janji-janji yang jarang ditepati. Na'udzubillah mindzaalika.

_______ 

Lamongan, Sabtu 15 Pebruari 2025

Senin, 10 Februari 2025

Bertemanlah dengan Allah, Saat Sepi, Kehilangan

_______


Seorang tetangga cerita kegundahan seorang ibu, kerabatnya, yang baru saja ditinggal suaminya. Beberapa hari masa takziah,  anak-anaknya, kerabat, handai taulan, tamu, masih ada meramaikan rumah. Bagaimana  nanti ketika mereka semua sudah berkativitas normal kembali? Si ibu itu membayangkan hidup sendiri karena salah satu anaknya tinggal dan bekerja jauh di luar kota, luar propinsi pula. Sementara yang satu lagi juga bekerja di luar kota, namun masih  satu propinsi dan sudah dibuatkan rumah sendiri, tak jauh dari rumah si ibu. Mungkin ini yang akan diajak kumpul serumah. Biarlah rumah yang belum jadi untuk sementara tidak direncanakan untuk segera ditempati. 

Tetap ada kegalauan, karena separuh jiwa, garwa sigaring nyawa, suami tetap tidak ada di sisi.Wallahu a'lam. Ini bukan aneh sekali, biasa atau sering terjadi, dapat dipahami, serta siapa saja dapat atau akan mengalami. Kebetulan tetangga yang dicurhati tersebut telah ditinggal suaminya lebih dulu, beberapa tahun yang lalu. Kemungkinan si ibu tetangga itu pun merasakan hal lebih kurang sama. Butuh waktu yang cukup hingga kini mampu memberikan masukan kepada yang baru mengalami agar berteman dengan Allah. Ma sya Allah, tabarakallah, itu tepat sekali. Meski begitu, untuk sampai pada pemahaman, keikhlasan hati, kita selalu butuh pertolongan-Nya.

Ya Allah, Engkau akan panggil semua. Bila bukan kami yang ditinggal, kami yang akan meninggalkan. Rumus dunia harus berpisah, kata Pak Haji Rhoma Irama dalam sebuah lirik lagunya. Menuliskan hal ini, menceritakannya, tentu mudah saja, seakan tanpa beban. Beda dengan yang sedang mengalami. Namun untuk maksud pembelajaran, mengambil hikmah, semoga dibolehkan dan manfaat. Paling tidak, agar kita menghargai siapa saja yang masih ada. Semoga Dzat Yang Membolak-balikkan hati menetapkan hidayah-Nya pada hati kita. Aamiin.

-------

Lamongan 10 Pebruari 2025

Subuh Bercucuran Air Mata Kenang Jelang Menjadi Tamu Allah, Duyuufurrahmaan

_______ Mengenang perjalanan ibadah haji dan menyampaikannya ke publik mungkin dapat menjadi kategori riya' (pamer), atau ini   bentuk r...