Minggu, 20 Juli 2025

Ojo Nggumunan Ojo Kagetan, Ada Ukuran Kehormatan

Orang kaya makan kenyang, orang miskin pun dapat makan kenyang. Yang pintar dapat pekerjaan, yang disebut bodoh juga bekerja, Yang cantik dan tampan mendapatkan jodoh, yang biasa saja bahkan yang difabel juga menikah. Yang pejabat tertawa, yang rakyat pun senyum bahagia, Di negara maju disebut usia harapan hidupnya tinggi, yang tinggal di lereng-lereng gunung banyak yang sepuh tetap tahes. Ada orang-orang kaya yang menjadi donatur amal, menyantuni yang susah, tetapi yang umumnya hidup suka berbagi yang dipunya, ringan tangan membantu, suka saling berkunjung,  juga suka menolong dengan ikhlas adalah orang-orang biasa, masyarakat kebanyakan.

Demikian juga, yang suka mengeluh tak selalu yang kurang. Yang maling, korupsi, bukan karena miskin. Yang menjomblo sepanjang hayat bukan karena tak mampu secara ekonomi. Yang suka bertengkar bukan mereka yang awam. Yang berbohong dan tak jujur bukan yang tak berpendidikan. Yang gemar berdandan justru yang sudah cantik atau tampan. Yang menyesatkan malah sebetulnya orang alim. Yang tak dapat tidur nyenyak mereka yang punya kasur empuk dan kamar tidur bagus. Sementara ada yang nyenyak angkler di atas becak, di emperan toko, di bawah pohon di pematang sawah, di serambi masjid, atau di rumah-rumah sederhana. 

Penyakit yang berat dialami berbagai strata masyarakat. Perbuatan dosa dan maksiat tak hanya di kota, di desa juga. Kesombongan tak hanya oleh yang gagah dan berpangkat, orang awam pun ada yang pongah menolak kebenaran. Orang jahat kini tak lagi digambarkan yang brewok, bertampang seram, hitam, besar, bertato atau berkaos belang-belang. Yang bermuka culun, suka tampil sederhana, bicara merendah, saat berkuasa merangkul menggurita, mencengkeram menyandera, daya rusaknya tak terkirakan, tak ada duanya dalam sejarah bangsa.

Kehidupan indah yang diimpikan anak-anak dan remaja akan ditemui berbeda. Kota tak seindah yang dibayangkan anak-anak kecil di desa. Desa tak selalu damai seperti bayangan oleh yang bosan di keramaian. Dunia hiburan tak dapat menentramkan. Kekayaan yang melimpah tak membuat wajah tenang dan cerah ceria. Pemilik ilmu kedokteran tak dapat menjamin kesehatan  diri dan keluarga. Para guru dan ulama pun tak mudah dan harus tetap berhati-hati mendidik anak keturunannya. Status kepemilikan tak selalu melekat pada seseorang bahkan sebelum ia sekarat dan wafat. 

Tak selalu yang kaya itu sombong. Banyak yang kaya yang amat rendah hati. Tak selalu yang lberpangkat itu gila hormat, ada yang menduduki posisi penting namun egaliter dalam pergaulan. ia meyakini semua orang memiliki peran dan fungsi yang sama pentingnya dalam kehidupan. Kemuliaan seseorang tak ditentukan kecuali oleh ketaqwaannya kepada Allah subhaanahu wata'ala. 'inna akramakum 'indaLlaahi atqaakum.'Sebagai hamba Allah, ukuran ketaqwaan yang dapat kita lihat secara lahiriyah adalah dasar hormat kita pada sesama. Wallaahu a'lam.

_______
Lamongan, 20 Juli 2025 /  25 Muharram 1447H

Tidak ada komentar:

Ojo Nggumunan Ojo Kagetan, Ada Ukuran Kehormatan

Orang kaya makan kenyang, orang miskin pun dapat makan kenyang. Yang pintar dapat pekerjaan, yang disebut bodoh juga bekerja, Yang cantik da...