______
Kenapa Aceh lagi yang kena musibah? Terlintas pertanyaan di hati sebagian orang. Apakah orang Aceh sedang diazab? Astaghfirullah. Yang bertanya mungkin sedang dibisiki syetan agar merasa lebih suci, tak punya dosa dan lebih disayang Allah. Atau mungkin ia sedang mencoba berpikir kritis. Namun, bukankah di sana sudah damai, tak ada aktivitas GAM? Apakah masih ada ladang ganja di sana? Apakah orang Aceh kurang bersyukur dan sudah lupa musibah tsunami tahun 2004 yang menelan korban 200 ribu lebih nyawa? Hmm..lagi-lagi bila terlintas tanya seperti itu kita pun harus introspeksi diri apakah kita sudah termasuk hamba Allah yang bersyukur? Apakah telah ada bukti syukur berupa ibadah yang maksimal, sungguh-sungguh dan makin meningkat kualitasnya?
Musibah bencana pada 26 November 2025 di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat mengingatkan banyak orang pada peristiwa, yang mungkin ada yang lupa, lalai, musibah tsunami Aceh pada 26 Desember tahun 2004 21 tahun lampau. Kejadian sekarang sementara tercatat ratusan meninggal serta ratusan lainnya belum ditemukan, semoga tak lebih dari 2000 orang atau jauh di bawah angka itu. Namun bencana itu sempat membuat 2 juta orang mengungsi. Sementara dampak kerusakan amat parah akibat hantaman tanah longsor, banjir air, lumpur dan gelondongan kayu besar-besar. Ada yang mengatakan kerusakan lebih parah, lebih sulit dibenahi, dari sebab tsunami dulu. Bercampur kepiluan dengan kegeraman karena terbuktinya tangan-tangan kekuasaan modal dan keserakahan yang mengeksploitasi alam dengan membuat kerusakan hutan dan ekosistem kehidupan. Pemerintah yang berupaya mengatasi sendiri tanpa bantuan asing G to G, enggan menetapkan sebagai bencana nasional, juga melahirkan kontroversi.
Di sisi lain dalam hal terjadinya korban meninggal, warga Aceh lagi-lagi berkesempatan mudah menjadi syahid atau syahidah akibat bencana. Orang lain yang merasa aman sejatinya justru sedang beresiko dalam hadapi kehidupan yang penuh kemunafikan, kefasikan, kesyirikan atau bahkan akhir hayat su'ul khatimah, astaghfirullah na'udzubillah min dzaalik. Hampir tidak ada yang menyalahkan korban, hanya empati atau simpai. Kita yang masih hidup, kita yang menyaksikan musibah, sesungguhnyalah yang kini sedang diuji. Yang wafat telah selesai dari tugas yang diemban di dunia, tinggal menunggu hasilnya. Semoga diampunkan atas khilaf,, diterima segala ibadah dan kebaikan yang telah dilakukan. Demikian pula kita yang masih dapat melek ini, semoga kelak dapat menjawab pertanyaan dengan baik, di antaranya, tentang sikap kita terhadap musibah yang ada.
_______
Lamongan, Senin 25 Desember 2025 / 5 Rajab 1447 H
