Hari Selasa malam tanggal 18 November 2025 bertepatan dengan hari peringatan Milad Muhammadiyah ke 113 tersiar berita duka yang amat mengejutkan warga Muhammadiyah Lamongan. Seiring dengan hari-hari penuh dinamika berbagai aktivitas dengan semangat berkemajuan, berbagai group WA Muhammadiyah dipenuhi ucapan bela sungkawa dan doa atas wafat Abah KH. Kasuwi Tashrif. Tokoh berusia 72 tahun, pendekar besar Tapak Suci, dikabarkan kembali kepada Sang Khaliq Allah subhaanahu wata'ala. Padahal, sepekan sebelumnya, tanggal 13 - 15 Nivember 2025, tokoh berjenggot asal Godog Laren masih membersamai cabang dan ranting Muhammadiyah Lamongan yang menjadi duta dalam CRM Award di Banjarmasin. Innalillaahi wainna ilayhi raaji'uun.
Setiap kepergian satu jiwa, sudah tentu akan ditangisi atau membuat rasa kehilangan pada keluarga dan orang-orang di sekelilingnya. Sementara cukup banyak orang yang merasa dekat dengan beliau yang tampak ramah, suka menebar senyum, di balik sikap tegas khas orang persilatan. Yang amat terkenang akan keberadaannya, yang tentu merasa kehilangan mendalam, selain keluarga dan masyarakat Laren, tentu saja keluarga besar Tapak Suci di seantero negeri atau di mana pun di berbagai tempat. Orang umum pun mengenal nama Abah Kasuwi identik dengan dengan perguruan silat Tapak Suci. Beliau adalah pendekar besar, status terhormat di dunia silat, kiranya demikian.
Penulis pun pertama kali mengenal namanya sebagai tokoh Tapak Suci. Status beliau sebagai salah satu anggota Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan menjadikan Abah Kasuwi makin luas dikenal oleh warga Muhammadiyah. Abah Kasuwi sebagai pimpinan persyarikatan terbukti tak hanya handal dalam ilmu bela diri, namun juga mumpuni dalam keagamaan. Dari sikap, perilaku, ucapan atau ceramahnya orang melihat bahwa Abah Kasuwi begitu taat dan disiplin ibadah. Ia lantas telah menjadi panutan tak hanya untuk anggota Tapak Suci tetapi juga untuk di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya, serta warga Muhammadiyah Lamongan umumnya.
Penulis masih teringat saat Abah Kasuwi diundang pada Kajian Bulanan PCM Mantup, 3 tahun lalu lebih. Di situ penulis melihat lebih dekat beliau. Istimewa, tidak seperti pengajisn-pengajian sebelumnya, anak-anak muda anggota Tapak Suci turut hadir, menyambut dan mengikuti ceramah, biasanya pkl. 20 00 -21.15 WIB, yang umumnya dihadiri orang tua. Anak-anak itu menempati barisan depan dekat mimbar atau kursi duduk penceramah di ruang utama masjid SMKM 10 Mantup. Antusiasme mereka pun menyemangaiti hadirin jamaah pengajian untuk mengikuti kajian atau wejangan dari Abah Kasuwi.
Ada dua hal yang penulis ingat dari taushiah Abah Kasuwi. Pertama, bahwa ibadah itu harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Dalam menunaikan shalat hendaknya tidak asal-asalan..Setiap gerakan shalat perlu tuma'ninah. Ketika bersujud jangan hanya membaca bacaan sekali. Lamakan sujud dan ulang-ulangi bacaan doa dalam sujud. Kita diingatkan bahwa dalam posisi sujud itu seorang hamba sedang dekat dengan Allah. Hendaknya momen ini dimanfaatkan sebaik-baiknya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Muslim, Abu Dawud dan Nasa'i: ' Momentum terdekat seorang hamba dari Tuhannya adalah ketika sujud, maka perbanyaklah do'a saat utu."
Selanjutnya, yang kedua, Abah Kasuwi pun menekankan kebaikan dalam rumah. Apabila masuk rumah hendaklah ucap salam. Setiap kali masuk hendaknya salam, meski tidak dari jauh. Jadi berkali-kali salam baik saja. Ini kita dibawa pafa hadits Nabi Muhammad shalallaahu 'alayhi wassalam. 'Wahai anakku, apabila kamu maauk ke rumah keluargamu, maka ucapkanlah salam, karena ada berkah bagimu dan bagi keluargamu.' (HR. Tirmidzi)
Kedua nasihat serupa tentu mungkin telah dan sering disampaikan oleh ustadz atau ustadzah lain. Namun, penulis dan ada jamaah lain yang merasa memperoleh hal ini lewat beliau. Penulis yang baru sedikit mengaji dan sedikit mengenal beliau merasa bahwa Abah Kasuwi , selain identik dengan Tapak Suci, bila mendapati dua hal di atas terusannya merujuk pada apa yang beliau sampaikan pada pengajian ketika itu. Wallaahu a'lam.
Allah yang ciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji siapa yang terbaik amalnya. Gajah mati tinggalkan gading, macan mati tinggalkan belang, kita mati tinggalkan kebajikan, lirik salah satu lagu dari group Bimbo. Budi baik terkenang jua, kata Buya Hamka
_______
Jum'at 20 November 2025 / 29 Jumadil Akhir 1447 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar